Foto: Suasana pusat perbelanjaan Kota Kasablanka di Jakarta, Selasa (19/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Jakarta, CNBC Indonesia – Tingkat konsumsi rumah tangga pada penghujung tahun lalu melambat, di tengah adanya faktor musiman yang mendorong geliat konsumsi, seperti hari raya Natal dan Tahun Baru, hingga gelontoran bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tanggap pada kuartal IV-2023 hanya tumbuh 4,47% secara tahunan atau year on year (yoy), turun dari kuartal III-2023 sebesar 5,05% yoy, dan kuartal IV-2022 sebesar 4,5%.
Sepanjang 2023 pun, atau secara kumulatif (cumulative to cumulative/ctc), level konsumsi rumah tangga bahkan hanya tumbuh 4,82%, jauh lebih rendah dari pertumbuhan sepanjang 2022 yang sebesar 4,94%.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar mengatakan, melambatnya konsumsi rumah tangga itu disebab kelas menengah atas yang cenderung menahan belanjanya.
“Kalau kami perhatikan dari data yang kami catat terutama berasal dari perlambatan pengeluaran kelompok menengah atas,” kata Amalia saat konferensi pers di kantornya, dikutip Selasa (6/2/2023).
Kelas itu, menurut Amalia, menahan belanja dengan mengalihkan dananya ke instrumen investasi finansial seperti simpanan berjangka. “Jadi artinya ada sedikit pergeseran dari spending kepada investasi,” ucap Amalia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga mengakui kalangan kelas menengah ke atas menahan belanjanya juga disebabkan ketidakpastian ekonomi, serta masuknya tahun politik itu.
“Karena biasanya mereka akan less spending kalau merasa ke depan ada ketidakpastian, mereka akan menabung,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Oleh sebab itu, yang bisa dilakukan pemerintah menurut Airlangga saat ini adalah dengan memberikan optimisme kepada masyarakat bahwa kondisi perekonomian Indonesia akan tetap stabil, termasuk saat masuknya tahun politik 2024.
“Oleh karena itu, kepastian menjadi penting terutama juga kalau proses politik akan berjalan lancar, sehingga investasi tidak menunda kemudian orang lebih berani spending,” tutur Airlangga.
Untuk kalangan menengah ke bawah, Airlangga mengatakan, strategi untuk menjaga tingkat konsumsinya masih bisa ditanggulangi dengan program bantuan sosial atau bansos. Karenanya, kini bansos gencar diberikan, seperti BLT Mitigasi Risiko Pangan.
“Dari segi kelas menengah ke bawah pemerintah ganjal dengan bansos agar daya beli bisa tertahan dan inflasi bisa lebih rendah sehingga diharapkan market confidence,” tegas https://mesintik.com/Airlangga.